Banyak ilmuwan yang menggunakan kemampuannya untuk memajukan ilmu pengetahuan, tetapi terkadang ada juga beberapa ilmuwan yang menggunakannnya untuk tujuan lain. Mungkin banyak yang sudah pernah mendengar nama Dr. Rihab Taha, karena reputasinya sebagai salah satu dari wanita yang paling berbahaya di dunia.
Dr. Rihab Taha lahir di Irak pada tahun 1957. Tidak ada informasi mengenai tanggal lahirnya, mungkin sengaja dirahasiakan. Ia merupakan lulusan dari University of Baghdad dan memperoleh gelar Ph.D dari University of East Anglia dalam bidang racun tanaman di Norwich, Inggris.
Dr. Germ
Dia mempublikasikan dua artikelnya yang berjudul Contribution of tabtoxin to the pathogenicity of Pseudomonas syringae pv. tabac dan Effect of tabtoxin on nitrogen metabolism pada tahun 1986. Dua artikel tersebut ditulis Rihab dengan pengawasnya yang bernama profesor John Turner.
Rihab Taha kemudian menikah dengan Dr. Amir Mohammad Rashid al-Ubaidi, seorang menteri perminyakan Irak dan direktur perusahaan industri militer Irak. Suaminya merupakan orang yang bertanggung jawab atas program senjata khusus Saddam Husein dan Rihab Taha merupakan istri kedua dari Dr. Amir Mohammad Rashid.
Dr. Amir Mohammad Rashid al-Ubaidi
Menurut teman - teman Rihab Taha semasa kuliah dulu, Rihab pernah berkata bahwa ia ingin kembali ke Irak untuk bekerja sebagai guru biologi. Meskipun ia berkata begitu, kenyataannya ia bergabung dalam Program Perang Kuman Irak. Pada tahun 1985, ia bekerja di al-Muthanna chemical plant dekat kota Baghdad dan tidak lama kemudian ia menjadi kepala produksi di al-Hakam / al-Hukum, sebuah fasilitas rahasia Irak yang disinyalir meneliti senjata biologis.
United Nations Special Commission (UNSCOM), badan komisi khusus milik PBB, pernah menginspeksi fasilitas senjata militer Irak beberapa tahun silam. Saat itu, UNSCOM mengunjungi al-Hakam yang disinyalir menjadi fasilitas rahasia Irak untuk mengembangkan senjata biologis. Dr. Rihab yang saat itu menjadi penanggung jawab disana mengatakan bahwa al-Hakam merupakan fasilitas pembuatan makanan ayam. Charles Duelfer, Wakil Kepala UNSCOM mengatakan jika ada yang aneh dengan fasilitas pembuatan makanan ayam itu. Ia menambahkan jika fasilitas itu dikelilingi senjata pertahanan udara.
Salah satu contoh growth media
Pernyataan Dr. Rihab yang mengatakan jika al-Hakam merupakan pabrik makanan ayam mendapat kecurigaan dari Kepala Inspektur UNSCOM, Dr. Rod Barton.Ia menunjukkan dokumen dari Dr. Rihab yang diperoleh UNSCOM dari rezim Israel yang menunjukkan bahwa pemerintah Irak telah membeli 10 ton media penumbuh dari perusahaan Inggris bernama Oxoid. Media penumbuh ini adalah campuran dari gula, protein, dan mineral yang memungkinkan organisme mikroskopik untuk tumbuh dan berkembang. Media ini biasanya digunakan dalam bidang medis untuk keperluan diagnosa. Menurut catatan, rumah sakit Irak hanya mengkonsumsi media penumbuh ini sekitar 200kg per tahunnya. Pada tahun 1988, Irak telah mengimpor 39 ton media penumbuh ini.
Dengan bukti yang ditunjukkan oleh UNSCOM, Dr. Rihab akhirnya mengaku jika agensi senjata biologisnya telah menghasilkan sekitar 19.000 liter racun makanan, 8.000 liter virus anthrax, 2.000 liter aflatoxin yang dapat mengakibatkan kanker hati. Atas pengakuannya itu, ia kemudian diadili dan dinyatakan bersalah, sehingga ia mendekam dalam penjara selama beberapa bulan.
Abu Musab al-Zarqawi
Pada bulan Agustus 1990, setelah invasi Irak ke Kuwait, Tim DR,Rihab diperintahkan untuk mempersiapkan program senjata biologis. Pada Januari 1991, sebuah tim yang beranggotakan 100 ilmuwan dan beberapa kru telah mengisi 157 bom dan 16 misil dengan racun makanan, 50 bom lainnya dan 5 misil dengan virus anthrax. Dalam wawancara dengan BBC, Dr. Rihab Taha menolak jika pemerintahnya telah menggunakan senjata biologis. " Kita tidak pernah berniat menggunakannya. Kita tidak ingin menyakiti siapa pun ", tambahnya saat diwawancarai oleh jurnalis BBC Jane Corbin. Namun UNSCOM menemukan bukti lain, yaitu ditemukannya sejumlah mesiu yang dibuang ke dalam sungai dekat fasilitas al-Hakam. UNSCOM juga menemukan bukti lain jika tim Dr. Rihab telah melakukan eksperimen terhadap keledai Inggris dan anjing yang berasal dari Jerman.
UNSCOM juga menduga bahwa senjata - senjata biologis ini pernah diujicobakan kepada manusia, hal itu diperkuat dengan penemuan dua ekor primata besar yang dikurung dalam sebuah ruangan berukuran 5 meter persegi saat inspeksi. Meskipun begitu, UNSCOM tidak menemukan bukti bahwa ilmuwan Irak melakukan eksperimen terhadap hewan tersebut.
Pada 28 Maret 2005, Associated Press melaporkan pernyataan Dr. Rihab yang mengatakan jika ada perbedaan laporan mengenai 18.000 galon virus anthrax yang ditemukan PBB dengan jumlah virus yang ia hancurkan. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya perang Irak, karena AS menduga Saddam telah menyembunyikan virus tersebut yang akan digunakannya sebagai senjata pemusnah massal. Dr. Rihab kemudian mengaku jika ia bersama dengan temannya telah menyembunyikan virus tersebut di sebuah gerbang di salah satu Istana Saddam, walau akhirnya virus yang hilang tersebut tidak ditemukan disana.
Pada tanggal 18 September 2004, Abu Musab al-Zarqawi bersama dengan kelompoknya menculik warga negara Amerika yang bernama Eugene Armstrong, Jack Hensley dan Kenneth Bigley. Kelompok tersebut menuntut pembebasan Dr. Rihab Taha dan mengancam akan membunuh sandera jika permintaan mereka tidak dipenuhi. Pada akhirnya, Armstrong dan Hensley dibunuh setelah diculik selama 72 jam, sedangkan Bigley dibiarkan hidup selama tiga minggu. Meskipun begitu, tuntutan kelompok ini tidak dipenuhi oleh pemerintah setempat.
Mrs. Anthrax
Pada bulan Desember 2005, 22 tahanan yang disebut "Tahanan Tingkat Tinggi" dibebaskan tanpa syarat dua hari setelah Pemilu Irak. Mereka telah menjalani kurungan selama 30 bulan, termasuk Dr. Rihab Taha dan ilmuwan wanita lainnya yang mempunyai julukan "Mrs Anthrax", Huda Salih Mahdi Ammash. Proses pembebasan ini telah melewati sejumlah proses yang melibatkan pemerintah Irak dan Amerika.
Kisah Dr. Rihab Taha hanyalah sekian dari banyaknya ilmuwan yang tertarik menggunakan kemampuannya untuk tujuan lain. Senjata pemusnah massal yang selama ini dicari oleh Amerika mungkin bukan berupa nuklir, namun bisa saja berupa organisme mikroskopik yang jauh lebih mematikan dari nuklir itu sendiri.